SEANDAINYA
AL-QURAN BISA BERBICARA
Kitab Suci Al
Qur’an adalah namaku
Aku buku kitab yang dicetak dengan sangat cantik
untuk tahu tentang aku ada beberapa petunjuk
Aku diberi
sampul mewah nan indah.
Aku pasti ada
di setiap rumah orang muslim
tapi, di dalam hati
setiap muslim aku jarang ditemui.
Aku diletakkan
di atas rak yang tinggi.
Dibiarkan disana, aku tertinggal dan dilupakan.
Dibiarkan disana, aku tertinggal dan dilupakan.
Terkadang aku
diletakkan ditempat-tempat kotor,
katanya untuk
mengusir hantu dan jin.
Dan disana juga aku dibiarkan, tertinggal dan dilupakan.
Dan disana juga aku dibiarkan, tertinggal dan dilupakan.
Dengan penuh
hormat aku banyak dicium setiap kali selesai dibaca.
Tapi, Pelajaran dan
petunjuk utama yang ada padaku selalu terlupakan Mereka
mengabaikan pesan yang ada padaku.
Ada kalanya
aku digunakan untuk bersumpah palsu,
Kegunaanku yang
sebenarnya sangat sangat jarang diperhatikan
Sungguh betapa
ajaibnya aku bisa mengubah dunia
Yang
semestinya mereka lakukan adalah memahami perkataanku.
Jadi
seharusnya bacalah aku, pelajarilah aku,
Perhatikan apa
yang harus aku katakan untukmu.
Aku punya
hukum
Aku punya
kebijaksanaan
Aku punya
sesuatu yang sangat berharga
Dan banyak
yang aku punya yang tak bisa kau hitung.
Akulah sang
juru penyelamatmu
Akulah
penuntunmu
Aku diturunkan
dari Allah Sang Pencipta Alam Semesta
Aku diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW, dan dipertahankannya dengan air mata dan darah.
memperingatkan
kebenaran adalah kemahsyuranku.
Maka bacalah
aku, pelajarilah aku, dan sampaikan isi yang ada padaku.
Karena, Al
Qur’an Al Karim adalah namaku.
Diantara keutamaanku:
Aku adalah Cahaya
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang
hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya
iman. Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya
(yang artinya),“Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan
apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang
dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami
yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan
sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala
kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling
agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat
bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-‘Ilmu,
Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian
keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada kalian cahaya
yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa': 174)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah
mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang
kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya
menuju kegelapan-kegelapan.”(QS. al-Baqarah: 257)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami
beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak,
sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar
darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa
yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata
mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam
kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka
Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang
dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-‘Ilmu,
Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
Aku adalah Petunjuk
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun
keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. al-Baqarah:
1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka
akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa': 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an
merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati
mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia
datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak
sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa': 82)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia
tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah
memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan
ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan
tidak celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh
al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul
Muhsin al-Badr, hal. 49).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menerangkan,
bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah:
1. Membenarkan
berita yang datang dari-Nya,
2. Tidak
menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
3. Mematuhi
perintah,
4. Tidak melawan
perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat Taisir
al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Aku dan as-Sunnah
Rujukan Umat
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih
tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian
benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa': 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada
Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah
kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya
setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal.
14)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya kamu
menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan
mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia
telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa': 80). Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada
diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS.
al-Ahzab: 21)
Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan
kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’
‘anis Sunnah, hal. 13). Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah
itu menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskannya.” (lihat ad-Difa’
‘anis Sunnah, hal. 13)
Aku Rahmat dan Obat
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian
nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di
dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS.
al-Israa': 82)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu
mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala
kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang
dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga
mengandung obat bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir
al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di
dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di
antara mereka, melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih
sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi
mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat
yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa
ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])
Aku dan Perniagaan
Yang Tidak Akan Merugi
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan
mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan
suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk
mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada
kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat
pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad
di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian
jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan
memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai
dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat
besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah
dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang
beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga.
Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau
justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat,
Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada
Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat
dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)
Aku dan Kemuliaan
Sebuah Umat
Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu
ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah
diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai
gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu
angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu
Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia
menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar
bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin
mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal
Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar
pun berkata, “Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang
telah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian
kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR.
Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR.
Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])
Aku dan Hasad Yang
Diperbolehkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu oleh
Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang malam dan siang
maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia berkata, “Seandainya aku
diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan
beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki yang Allah
berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan yang benar
kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang
diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia
lakukan.”.”(HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5026])
Aku dan Syafa’at
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah
al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan
syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat
al-Musafirin [804])
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu
kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak
mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu
huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Tsawab
al-Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Aku Menentramkan Hati
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang
yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah,
ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS.
ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa
pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah
mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan
bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di
dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan
menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)
Wallahu a’lam bish showab. Wa shallallahu ‘ala
Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil
‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar