Senin, 23 Maret 2015

LOVE MOSLEM


sOleh dan SolEhah

love

Soleh
Jika seorang laki-laki ditanyai tentang perihal seorang istri, maka mereka menjawab “aku ingin mendapatkan istri yang sholehah”, istri yang sholehah adalah mutiara berharga yang disimpan oleh Allah untuk mereka yang pantas menerima, siapapun yang ingin memilikinya hendaklah ia memantaskan diri untuk memiliki, jangan terlalu fokus kepada hadiah yang akan diberikan Allah (yaitu istri sholehah), namun fokuslah pada perbaikan dan kepantasan diri untuk menerima kebaikan.
Peran suami dalam rumah tangga sangatlah vital,seorang suami harus berperan secara optimal bersama istri dalam mengarungi kehidupan rumah tangga yang penuh tantangan. Suami yang baik haruslah berpegang teguh pada syariat agama dalam segenap kehidupan rumah tangga,menunaikan kewajiban-kewajibannya baik yang berhubungan dengan Allah SWT, keluarga maupun dengan orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan ketulusan hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Kunci yang bisa dilakukan seorang suami untuk menjadi seorang suami yang sholeh menurut syariat islam, diantaranya:
·       Suami yang taat dalam melaksanakan perintah serta suruhan Allah dan RasulNya dan dapat pula membimbing isterinya
·       Memberikan sambutan hangat, Rasulullah SAW memberi petunjuk kepada para suami tentang bagaimana etika menemui istrinya, yaitu : mengucapkan salam,menunjukan wajah yang berseri, serta jabat tangan karena hal itu bisa mengokohkan ikatan perasaan serta jalinan cinta
·       Berbicara dan memanggil dengan panggilan yang menyenangkan, dalam bertutur seorang suami seharusnya memilih kata-kata yang baik dan ungkapan menarik, demikian pula ketika memanggil sang istri seyogyanya seorang suami memanggil dengan panggilan yang menyenangkan, bahkan kalau perlu dengan ungkapan manja sebab dapat membangkitkan kebahagiaan dan dapat menyenangkan hati sang istri
·       Membantu pekerjaan sang istri, betapa indahnya jika seorang suami mengerti dan bersimpati kepada istrinya yang siang dan malam mengerjakan pekerjaan rumah yang tak pernah ada habisnya. satu sikap yang mulia jika suami mampu menyenangkan perasaan hati istrinya dengan membantu melaksanakan tugas-tugasnya di rumah tangga
·       Bermusyawarah dan saling mengingatkan, islam menganjurkan kepada pasangan suami istri untuk saling mengingatkan jika ada salah satu pihak yang bersalah dan bermusyawarah dalam menghadapi masalah yang dihadapi dalam kehidupan berumah tangga.
·       Mencukupi nafkah, nafkah adalah tanggung jawab utama seorang suami, syariat islam tidak memberikan standar pasti tentang jumlah nafkah lahir yang harus diberikan pada istri. namun syariat mewajibkan suami untuk berusaha keras untuk memberikan nafkah pada sang istri.
·       Berdandan, islam menganjurkan kepada kaum muslimin untuk selalu tampil dalam keadaan rapi,bersih dan berbau harum. dandannya seorang suami untuk istrinya dapat menambah rasa cinta dan menjadikannya betah untuk selalu memandang dan berada disampingnya
·       Mampu mengobati hati, seorang suami hendaknya memiliki hati yang lembut dan perasaan yang peka serta dapat memahami perasaan istri. ia merasakan beban istri lalu berusaha meringankan beban istri tanpa diminta. Akhlak ini wajib dimiliki oleh suami untuk menciptakan kebahagiaan dalam berumah tangga
·       Mampu menjaga rahasia rumah tangga, menceritakan tentang keburukan rumah tangga kepada orang lain sama artinya dengan menurunkan kehormatan keluarga, oleh karena itu jika terjadi persoalan dalam rumah tangga yang melahirkan percekcokan,celaan,umpatan bahkan perilaku buruk yang lain semua itu adalah rahasia rumah tangga yang seharusnya seorang suami maupun istri menjaganya.
·       Bersikap santun dan sabar, seorang suami haruslah bersikap sabar dan mampu menahan diri jika dalam rumah tangga mengalami goncangan yang disebabkan oleh pihak luar maupun dari dalam sendiri. jangan mudah terpancing emosi dan terburu-buru memvonis selesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan
·       Memaafkan dan menegur, seorang suami mesti memiliki perangai suka memaafkan. perangai ini sangat diperlukan karna boleh jadi seorang suami keliru ketika membenci sesuatu pada istrinya. watak ini adalah salah satu dari perangai Rasulullah yang selalu diwujudkan dalam kehidupan rumah tangganya beserta para istrinya.
Lantas hadiah seperti apa yang akan diterima oleh suami-suami sholeh yang mendambakan istri-istri sholehah? berikut adalah ciri-ciri istri sholehah yang digambarkan didalam islam:
·       Istri yang taat dalam melaksanakan perintah serta suruhan Allah dan RasulNya dan dapat pula patuh kepada suaminya.
·       Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
·       Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
·       Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
·       Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
·       Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
·       Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
·       Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)
·       Melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
·       Amanah. Rasulullah bersabda, ”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu …” (HR Hakim).
·       istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, ”Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21).
Hanya istri sholehah yang akan menjadi dambaan sorang suami, begitu juga dengan sang istri, mendapatkan suami yang sholeh adalah alasan mengapa ia harus berlaku sholehah seperti yang disebutkan diatas.
Oleh sebab itu, fokuslah untuk memantaskan diri untuk menerima kebaikan seorang yang sholeh maupun sholehah, karna sholeh hanya untuk sholehah, begitupun sebaliknya.
inti dari semua itu adalah lakukan sesuatu apapun karena Allah, kebahagiaan hanya milik Allah, maka jika ingin bahagia bersegeralah mendekatkan diri kepadaNya, jika kita dekat maka akan pula menerima percikan kebahagian dari Maha Pemilik Kebahagiaan, jika Allah berkehendak maka tidaklah seseorang sanggup menerima kebahagian yang begitu besar.

muslimah

Solehah
1.     Istri yang baik akhlaknya kepada suaminya, anak-anaknya, kedua orang tuanya, teman-temannya, tetangga dekatnya dan terhadap masyarakatnya. yaitu :
o   berbakti kepada suami, bersopan santun terhadap suaminya dalam segala percakapan dan tindakannya.
o   bersikap baik, penyayang dan berbicara dengan bahasa yang baik, lemah lembut terhadap anak-anaknya, tidak suka marah-marah bahkan sampai memaki-maki anaknya.
o   bersopan santun kepada kedua orang tuannya.
o   tidak suka pamer kekayaan, mengadu domba, memfitnah, berkata tidak baik kepada teman-temannya, tetangga dekatnya dan terhadap masyarakatnya.
2.    Istri yang selalu memelihara diri / menjaga kehormatannya di balik pembelakangan suaminya (ketika ditinggal si suami untuk bekerja atau bepergian jauh).
3.    Istri yang tidak jahat mulutnya, yaitu tidak suka mengadu-ngadu hal-hal kepada kedua orang tuanya, teman-temannya, tetangganya tentang kekurangan atau kejelekan suaminya.
4.   Istri yang selalu sabar dalam menempuh segala kesusahan ujian dari Allah dan sabar dalam mengerjakan segala perintah-perintah-Nya.
5.    Tidak berhias ketika keluar rumah karena kecantikan istri hanyalah untuk suaminya saja dan bukan untuk orang lain.
6.   Istri yang selalu bersyukur terhadap segala sesuatu pemberian suaminya, dan kalau tidak ada tidak mengeluh.
7.    Tidak memaksa suami untuk memenuhi keinginannya.
8.   Ridho dengan apa - apa pemberian suaminya.
9.    Tidak banyak bicara, berbicara sekedar yang perlu saja.

Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang solehah.” (HR. Muslim, An-Nasa’I dan Ibnu Majah)
Suatu hari, selepas shalat Subuh, seorang jamaah masjid menghampiri saya. Pemuda lajang yang sebentar lagi akan diwisuda itu mengajak berbincang di teras masjid. Rupanya ia ingin bertanya tentang pernikahan. Maklum, usianya sudah 27 tahun, usia yang sedang matang-matangnya memikirkan kehidupan rumah tangga. Apalagi ia termasuk pemuda yang rajin ke masjid. Ia pasti khawatir tidak mampu menjaga agama dan syahwatnya jika menunda-nunda pernikahan.
Satu pertanyaan sederhana pun meluncur dari mulutnya.“Mas, menurut Ustadz saya, kalau sudah menikah, seorang laki-laki biasanya tidak terlalu memandang pada kecantikan isterinya, tetapi lebih kepada bagaimana kelembutan dan ketaatan sikap wanita itu kepada suaminya.Apa benar begitu, Mas?Apa pendapat ustadz saya tidak berlebihan? “
Pertanyaan yang sebenarnya sederhana saja, tetapi tidak mudah pula bagi saya untuk menjawabnya. Menurut saya, apa yang diucapkan sang ustadz sedikit banyak ada benarnya. Maksudny begini; Ketika mau menikah, yang mungkin paling dipertimbangkan oleh seorang lelaki dari calon isterinya adalah pada penampilan fisiknya, wajahnya yang cantik, tubuhnya yang aduhai, atau bibir dan bola matanya yang menggoda.Tetapi, begitu perjalanan rumahtangga telah berbilang tahun, maka kecantikan itu tidak lagi menjadi tolak ukur utama dalam menilai plus-minus isterinya.
Bukannya kecantikan itu menjadi tidak penting, sehingga si isteri tidak perlu berhias untuk suaminya.Bukan itu maksudnya. Seorang isteri masih tetap perlu menjaga penampilan dan kecantikan di depan sang suami agar suaminya selalu merasa tentram berada di sampingnya. Akan tetapi, semua kecantikan itu tidak akan lagi bernilai besar jika kewajiban utama sebagai seorang isteri untuk berakhlak baik dan taat kepada suaminya tidak dijalankan dengan baik.
Jadi, yang menjadi tolak ukur utama penilaian seorang suami terhadap isterinya ketika rumah tangga mereka telah melewati beberapa tahun adalah sejauh mana si isteri menunjukkan rasa cinta dan ketaatan kepada suaminya.
Mengapa demikian?Karena kecantikan manusia pada dasarnya terbatas. Perjalanan waktu perlahan akan terus menggerogotinya. Jika pun kecantikan itu bisa diawetkan, tetapi karena dia bersifat fisik, maka pada suatu saat bisa membosankan. Apalagi wajah-wajah baru yang lebih segar terus bermunculan di sekitar suami. Jika dalam situasi seperti itu wanita masih mengandalkan kecantikan fisiknya untuk mengikat kesetiaan suaminya, pasti ia harus berani menuai kekecewaan.
Tetapi ketaatan dan akhlak yang baik dari seorang isteri tidak akan pernah membuat suaminya bosan. Semakin baik akhlak seorang isteri dan semakin taat ia kepada suaminya, maka akan semakin besarlah rasa bangga dan cinta suaminya kepada dirinya. Seperti melempar pohon yang lebat dengan buah, semakin banyak kita melempar, maka akan semakin banyak buah yang kita dapatkan. Begitu pula ketaatan dan rasa cinta seorang isteri kepada suaminya.

Dipilih Karena Agamanya
Rasulullah saw. berpesan kepada para lelaki yang hendak mencari pasangan hidup agar lebih mengutamakan calon isteri dengan kriteria yang baik agamanya (akhlaknya) ketimbang tiga kriteria lainnya, yaitu kecantikannya, keturunannya atau hartanya.
Bagi kebanyakan pemuda, biasanya pesan Rasulullah saw. di atas sudah tidak menjadi pertimbangan lagi dalam memilih pasangan hidup mereka. Kebanyakan mereka lebih memilih wanita dengan fisik yang cantik dan aduhai ketimbang pertimbangan agama dan akhlaknya.Bahkan, orang-orang yang masih mempertimbangkan akhlak dan agama ketika memilih pasangan hidup, dianggap sebagai orang-orang kuno dan ketinggalan zaman.
Padahal, apa yang dipesankan oleh Rasulullah saw. tetap relevan hingga sekarang. Begitu banyak lelaki yang harus kecewa setelah menjalani satu-dua tahun masa-masa kehidupan rumah tangga bersama perempuan pujaan hatinya. Kecantikan sang isteri yang dulu ia kira akan membahagiakan rumahtangganya ternyata justru memperbudak dirinya.
Ada pula lelaki yang tetap percaya kepada pesan Rasulullah saw. bahwa perempuan yang terbaik untuk dipilih mestinya yang baik akhlaknya. Tetapi, ia tetap lebih memilih kecantikan fisik calon pendamping hidupnya, dengan alasan bahwa akhlak dan agama isterinya bisa ia rubah sedikit demi sedikit setelah menikah nanti. Tapi apa yang terjadi? Bukan akhlak si isteri yang berhasil ia rubah, justru akhlaknya sendirilah yang akhirnya ikut rusak karena pengaruh dominasi isterinya yang berakhlak buruk.
Terlalu banyak kasus lelaki yang semasa lajangnya termasuk lelaki soleh, rajin ke masjid, jujur dan amanah, tetapi setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama perempuan yang tidak baik akhlak dan agamanya, justru dirinya ikut terjerumus kedalam berbagai tindakan kriminal, seperti korupsi, memeras, menyuap dan sebagainya, demi memenuhi keinginan isterinya yang kemaruk harta.
Pada saat-saat seperti ini, seorang suami barulah menyadari kekeliruannya dalam memilih pasangan hidup. Tiba-tiba ia sadar, betapa yang dibutuhkan seorang lelaki di rumahnya hanyalah seorang isteri yang setia dan taat kepadanya. Ia pun sadar bahwa kecantikan isterinya tidaklah lebih penting atau tidak lebih utama daripada keluhuran akhlak dan ketaatan terhadap dirinya sebagai kepala rumah tangga.
Maka tidak heran jika Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang solehah.” (HR. Muslim, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Lelaki yang baru menyadari kenyataan di atas setelah satu-dua tahun perjalanan rumahtangganya, biasanya dihadapkan dua pilihan yang sama-sama sulit. Pilihan pertama ia tetap menerima perlakuan isterinya yang tidak solehah (tidak taat), sambil terus berdoa diam-diam agar Allah merubah kelakuan isterinya, atau sambil berharap bahwa penerimaannya terhadap sikap isterinya yang tidak patuh itu akan membuahkan pahala baginya.
Sikap ini hanya akan membuat dirinya sendiri bertambah kecewa dan ia akan terus memendam ketidakpuasan terhadap isterinya sampai akhir hayatnya. Atau jika suami kurang imannya, ia akan membalas ketidaktaatan isterinya dengan jalan berselingkuh. Di rumah, si suami tampak setia dan menuruti semua kemauan sang isteri, tetapi di luar rumah ia berusaha mencari wanita lain yang lebih bisa melayaninya dengan baik.
Pilihan kedua, ia bisa merubah kesalahan itu dengan memberikan pengertian kepada isterinya mengenai peran dan tanggungjawab masing-masing pihak sesuai syari’at Islam. Pilihan kedua ini pun bukan tanpa resiko.Bahkan terkadang resikonya terlalu mahal.Memang ada suami yang dengan kesabaran akhirnya berhasil mendidik isterinya menjadi sadar diri dan sadar posisinya dalam rumah tangga sehingga hubungan suami isteri dalam rumah tangga bisa dikembalikan pada rel yang sesuai.
Akan tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit keluarga yang harus kandas ketika seorang suami berusaha mengembalikan posisinya sebagai kepala rumah tangga yang harus dipatuhi, tetapi mendapat penolakan dari isterinya yang ingin tetap dominan menyetir sang suami sesuai keinginannya. Ini bisa terjadi jika si suami tidak sabaran dalam mendidik isterinya atau sang isteri tidak mau menerima didikan dari suaminya untuk menegakkan kehidupan rumah tangga yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw.
Nah, untuk menghindari terjadinya kemungkinan terburuk dalam kehidupan rumah tangga di kemudian hari, maka sudah seharusnya seorang lelaki berusaha melihat dengan jeli dan mencari tahu kebaikan akhlak dan agama dari seorang wanita yang hendak dinikahinya. Hanya dengan memilih wanita solehah sebagai isterinya, maka rumah tangga yang dibangunnya akan mampu memberi kebahagiaan, sekaligus membantu menyelamatkan imannya dari godaan dunia yang melenakan ini.
Maka benarlah apa yang dikatakan Rasulullah saw. bahwa wanita solehah adalah sebaik-baik barang simpanan bagi seorang Muslim.
Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda kepada Umar, “Tidakkah engkau ingin kuberitahu tentang sebaik-baik barang simpanan (perhiasan) seseorang? Ia adalah seorang wanita salehah yang apabilah suaminya mendatanginya, ia menyenangkan. Apabila diperintah ia taat, dan apabila suaminya tidak ada, ia menjaga kehormatannya.” (HR. Abu Daud)
Al-Qur’an sendiri menyebutkan dua ciri utama dari wanita solehah. Firman Allah swt.:
“..Maka wanita-wanita solehah itu adalah wanita yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka…” (QS. An-Nisa’: 34)
Kerelaan untuk menjadi seorang isteri solehah dengan ciri-ciri seperti disebutkan oleh hadits dan ayat al-Qur’an di atas bukanlah sesuatu yang sepele dan mudah, tetapi membutuhkan perjuangan dan mujahadah yang besar. Karena itu, Rasulullah saw. menjanjikan perempuan seperti ini kelak boleh masuk ke surga dari pintu mana saja yang ia pilih.
Rasululah saw. bersabda, “Jika seorang isteri telah menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan dan menjaga kemaluannya dari yang haram, serta taat kepada suaminya, maka akan dipersilahkan kepadanya untuk masuk ke surge dari pintu mana pun yang ia suka.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

“semoga kita termasuk orang-orang yang di pilih Allah untuk menerima kebahagian dari Nya” ..Amiiiin ya Allah….!!!!
suami istri






Tidak ada komentar:

Posting Komentar